Jumat, 07 April 2017

antara Kita, Mereka, dan Harapan



Sewajarnya kita memberi ruang bagi yg lebih muda (baik dalam usia, jabatan/posisi, atau pun (mungkin) pengalaman) untuk mengeksplor diri mereka dan dunia, mengukur sendiri kemampuan mereka, dan menjajal segala kreatifitas yg mereka punya.

Jangan karena alasan khawatir mereka tidak bisa melakukan tugas yg diberikan, 

atau merasa takut mereka gagal, 
atau gemes karena kita nilai mereka lambat bergerak, 
atau karena kita tau atau merasa yakin mereka tidak bisa melakukan/menyelesaikan pekerjaan dengan sempurna seperti yg kita harapkan, 
atau pun karena alasan2 lainnya.. 
kita lalu dengan seenaknya campur tangan mengambil alih sesuatu yg sedang mereka kerjakan.. 
kita lalu dengan seenaknya menginjak-injak wilayah kerja mereka.. 
tutup mata dengan harga diri mereka.. dan,
menyepelekan hasil pemikiran/kerja yg sdh mereka capai hingga saat ini.

Baik kita sadari ataupun tidak.. kita ini terlalu egois.. terlalu bangga diri.. tinggi hati.. dan jelas2 tidak punya/menaruh rasa percaya pada mereka.
 

Siapa yg harus disalahkan jika kemudian mereka menjadi cuek, acuh, tidak peduli, dan (lagi2 dengan seenaknya kita judge) tidak menghormati/menghargai yg lbh tua? Kita!

Siapa yg harus disalahkan jika kemudian mereka merasa minder, tidak punya rasa percaya diri, bermental "tempe", malas, bingungan, selalu ragu dan takut melangkah atau mengambil keputusan karena selalu takut salah/gagal? Kita!!


Jelas2 kita yg salah, dan bukan mereka!

Tidak perlulah disebutkan di sini, sikap kita yg bagaimana yg membuat mereka menjadi seperti apa. Sudah banyak para ahli yang berbicara panjang, lebar, dan detil ttg hal itu.
Lalu kita harus bagaimana?


Berhentilah "ceriwis" dan "cawe2" saat mereka sedang fokus dan serius melakukan tugasnya. Ceriwislah hanya pada saat mereka berpaling pada kita dgn raut bingung dan pandang menyimpan tanya ttg "keruwetan" yg sedang mereka hadapi.. Dan ikut "cawe2" hanya pada saat mereka minta kita untuk itu. 

Dukung mereka dengan yel2 pembangkit semangat di "luar lapangan". Bersiap di "pinggir lapangan" dengan segala bentuk bantuan yang mungkin akan mereka butuhkan. Limpahi mereka dengan doa, dan tunjukkan bahwa kita percaya pada mereka.

Karena bagaimana pun mereka adalah milik masa depan. Mereka punya masanya sendiri yg berbeda dengan masa kita, sebagaimana kita punya masa sendiri yg berbeda dengan masa orang2 tua kita.



Dengan begitu barulah kita bisa berharap Yang Maha Kuasa, Perkasa, Pengasih dan Penyayang menjadikan mereka pribadi2 unggul yang mumpuni.


(Wallahu'alam bishowwab)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar