Sabtu, 31 Mei 2008

SUATU SORE BERSAMA BAPAK







Kisah ini awalnya kutulis di sebuah resto cepat saji sambil menikmati salah satu paket menu yang semuanya berbahasa Inggris. Kunikmati makananku sore itu sambil membaca buku yang baru saja kubeli di kaki lima.

“Selamat Datang!” sapa pegawai-pegawainya ramah ketika sebuah keluarga memasuki ruangan: bapak, ibu, dan sepasang anak. Anak yang perempuan kira-kira berumur tujuh tahun, mungkin naik kelas 2 SD tahun ini, adiknya laki-laki, mungkin sekitar empat tahun. Meski masih kecil, mereka fasih mengatakan menu pilihan yang semuanya berbahasa Inggris itu kepada orang tua mereka.
Aku diam mendengarkan sambil pura-pura meneruskan membaca dan makan. Sedikit takjub tapi kemudian mahfum. Jaman sekarang bahasa Inggris sudah menjadi bahasa lazim bahkan di kalangan anak-anak kecil, meski terbatas pada menu-menu makanan favorit di resto favorit mereka dan beberapa kalimat sederhana sehari-hari lainnya. Lain sekali dengan ketika aku kecil dulu. Saat itu bahasa Inggris baru diajarkan di SMP. Sekarang, di TK dan Play Group pun sudah diajarkan bahasa Inggris. Hebat sekali!
Kejadian sore itu mengingatkanku pada kejadian suatu sore bertahun-tahun yang lalu ketika aku masih kelas 2 SD. Sore itu cerah, tapi aku hanya duduk-duduk di teras rumah kami, tidak ada seleraku untuk bermain bersama teman-temanku yang kebanyakan laki-laki itu. Biasanya jika sore begini cerah, aku pasti sedang berlarian di sekeliling komplek rumah kami sambil tertawa-tawa gembira hingga magrib menjelang. Ada apakah kiranya? Maka pertanyaan ini akan langsung kujawab: Bapakku pulang!
Sudah lama Bapak tidak pulang, terakhir kali mungkin sudah 2 bulan yang lalu. Pekerjaan Bapak di Departemen Transmigrasi (sekarang Dept. Trans dan PPH) di bagian pembukaan lahan di Provinsi kecil dan masih baru ini menuntut Bapakku lebih banyak bekerja di lapangan daripada di kantor.
Jika sedang tidak berada di lapangan, maka Bapak biasanya menghabiskan waktu di rumah, menggeser meja makan kami yang besar ke tengah ruangan di bawah lampu ruang tengah, lalu menggambar peta wilayah, menggambar perencanaan pembagian lahan dan bangunan untuk para transmigran dengan detil-detil yang selalu membuatku tertarik mendekat, memperhatikan dan bertanya macam-macam.
Biasanya ia menggambar selama dua malam, lalu keesokan harinya baru pergi ke kantor, menyerahkan laporannya dan menerima tugas proyek baru jika ada. Jika tidak ada proyek baru, maka Bapak bisa berada di rumah selama beberapa minggu.
Aku senang, tapi Bapak bosan sebab tidak ada kerjaan. Berangkat ke kantor cuma untuk mengisi absen, lalu ke kantin ngobrol hingga waktu makan siang. Setelah makan lalu pulang ke rumah. Begitu terus... tentu saja Bapak merasa bosan.
Dan setiap kali sedang tidak di proyek, beliau pasti mengantarkanku dan kakak-kakakku ke sekolah dengan motor kantor, menceritakan bermacam-macam kisah yang aneh-aneh selama di proyek, membuat mainan-mainan baru untukku, membelikanku buku-buku cerita atau majalah anak-anak, dan malamnya sering diajak jalan-jalan membeli martabak.
Dan hari ini aku merasa senang sekali! Kenapa?



















Pages: 1 2 3 4



Tidak ada komentar:

Posting Komentar